Analisa Pergerakan Harga Dollar AS Per 18 Desember 2024
RajatulAlam.com - Mengutip informasi mengenai US Retail Sales MoM dari tradingeconomics.com, angka penjualan ritel di AS meningkat sebesar 0,7% di bulan November 2024, menyusul kenaikan 0,5% yang direvisi naik di bulan Oktober dan di atas perkiraan sebesar 0,5%.
Data tersebut terus menunjukkan belanja konsumen yang kuat selama musim belanja liburan. Peningkatan terbesar terjadi pada penjualan kendaraan bermotor dan dealer suku cadang (2,6%) serta pengecer nontoko (1,8%).
Peningkatan juga terjadi pada produk olah raga, hobi, alat musik, & toko buku (0,9%); Pedagang bahan bangunan & perlengkapan taman (0,4%); furnitur (0,3%); elektronik dan peralatan (0,3%); dan SPBU (0,1%).
Sebaliknya, penjualan di toko kesehatan dan perawatan pribadi cenderung datar dan menurun di toko ritel lain-lain (-3,5%); jasa makanan dan tempat minum (-0,4%); toko makanan dan minuman (-0,2%); sandang (-0,2%); dan toko barang dagangan umum (-0,1%).
Sementara itu, penjualan di luar jasa makanan, dealer mobil, toko bahan bangunan, dan pompa bensin, yang digunakan untuk menghitung PDB, meningkat 0,4%.
Menanti Keputusan FED
Meskipun secara forecast, angka persentase mengalami penurunan sebesar 0,2 persen dari 0,7 persen menjadi 0,5 persen namun pasar masih menanti keputusan yang akan dikeluarkan oleh Federal Reserve (FED).
Menurut FEDWatch CME, diperkirakan FED akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada akhir pertemuan kebijakan dua hari pada Rabu, dengan probabilitas mencapai hampir 97%.
Di satu sisi, dollar AS sedikit melemah terhadap franc Swiss sebesar 0,2% menjadi 0,89270 dalam perdagangan yang fluktuatif, setelah sebelumnya mendekati level tertingginya sejak Juli.
Sedangkan untuk Euro, dimana tahun ini telah mengalami penurunan hampir 5% terhadap dollar, posisi harga perdagangan mengalami penurunan sebesar 0,24% ke level $1.0488.
Efek Indeks Dollar AS Meningkat
Mengacu kepada angka Indeks dollar AS yang mengalami peningkatan dari 0,17% menjadi 106,97, setelah sebelumnya sempat menyentuh level tertinggi 107,08 pada sesi perdagangan, bagaimana pengaruhnya ke 6 (enam) mata uang negara lainnya.
Dilihat dari data grafik, mata uang Pound sterling (GBP) justru bergerak positif terhadap dollar setelah data menunjukkan pertumbuhan upah Inggris meningkat lebih dari yang diperkirakan dalam tiga bulan hingga Oktober.
Akan tetap, pasar masih akan tetap menantikan keputusan suku bunga Bank of England pada Kamis (19/12/2024). Untuk posisi perdagangan terakhir, GBP naik tipis 0,16% menjadi $1.2704.
Sementara itu, mata uang Jepang Yen (JPY) juga turut menguat 0,42% terhadap dollar menjadi 153,52 per dollar AS.
Mata Uang Negara Asia Menguat
Hal ini dikarenakan adanya informasi yang mengatakan bahwa Bank of Japan kemungkinan akan menunda kenaikan suku bunga hingga Januari.
Penurunan harga Dollar AS juga dialami untuk China Yuan (CNY), mengalami penurunan tipis sebesar 0,06% ke 7,287.
Melemahnya mata uang Amerika ini dikarenakan adanya kekhawatiran terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang positif.
Kekhawatiran ini menimbulkan ekspektasi negatif sehingga membuat imbal hasil obligasi 10 tahun mendekati level terendah sepanjang sejarah.
Bursa Saham AS Ditutup Melemah
Kenaikan Indeks Dollar AS ternyata tidak dibarengi dengan bursa saham AS yang ditutup melemah pada Selasa.
Hal ini dikarenakan para investor sedang mencermati data ekonomi dan masih menantikan kebijakan bank sentral.
Sedangkan untuk beberapa bursa saham lainnya, berikut ini data terlampir:
- Dow Jones Industrial Average melemah 266,93 poin atau 0,61% menjadi 43.450,55,
- S&P 500 melemah 23,45 poin atau 0,39% menjadi 6.050,63, dan
- Nasdaq Composite turun 64,83 poin atau 0,32% ke level 20.109,06.
Penurunan Bursa Saham AS juga diikuti dengan penurunan harga minyak mentah karena kekhawatiran permintaan menyusul data ekonomi negatif dari Jerman dan Tiongkok.
Minyak mentah AS (WTI) turun 0,89% ke $70,08 per barel, sementara Brent turun 0,97% ke level $73,19 per barel.
Di pasar emas, tekanan dari penguatan dollar AS dan ekspektasi pemangkasan suku bunga yang lebih lambat di tahun depan membuat harga emas turun.
Harga emas spot melemah 0,32% ke level $2.643,84 per ounce, sementara emas berjangka AS turun 0,48% menjadi $2.638,80 per ounce.
Grafik Pergerakan Harga Dollar Terhadap Emas
Dari grafik pergerakan diatas dapat dilihat bahwa pergerakan harga emas di time frame H4 terlihat mengalami tekanan jual setelah gagal mempertahankan momentum bullish sebelumnya.
Untu saat ini, harga berada di bawah resistance 2.655 dimana area tersebut menjadi level kunci untuk menentukan arah pergerakan selanjutnya.
Jika harga kembali mencapai titik 2.655 namun gagal menembus ke atas, maka potensi penurunan menuju 2.632, 2.624, dan 2.616 akan semakin kuat.
Akan tetapi, apabila harga mampu menembus 2.655 secara signifikan, maka target kenaikan selanjutnya berada di 2.665 dan 2.675.
Sedangkan indikator RSI berada di level 39.88, mengindikasikan kondisi bearish yang masih mendominasi, sementara garis MA 50 merah berperan sebagai resistance dinamis yang memperkuat potensi penurunan lebih lanjut. (DW)
Tidak ada komentar untuk "Analisa Pergerakan Harga Dollar AS Per 18 Desember 2024"
Posting Komentar